Sunday 3 April 2011

Pengaruh Bio-siklus dan Bio-ritmik terhadap Dinamika Ekonomi Bisnis

Oleh : Edmond F. La’lang (pemerhati ekonomi dan lingkungan hidup)

          Kita semestinya berpikir, berkonsep, berstrategi, berorganisasi dan bertindak secara “biologis”.  Seperti yang marak saat ini yaitu manusia mulai “back to nature” sebagai wujud dari kembalinya manusia menjadi lebih akrab dan ramah lingkungan. Hal ini terlihat dalam bentuk pemanfaatan berbagai jenis makanan dan obat-obatan organic untuk kesehatan dan memperpanjang umur manusia. Hal ini telah dinyatakan oleh John Naissbitt (Global Paradox, 1988) yang menyatakan bahwa abad 21 adalah sebagai Abad Biologi, dan terbukti sejak 1995, dunia industri telah diramaikan dengan berbagai produk yang memakai kata biologi, yaitu bio-farma, bio-medis, bio-vision, bio-energy, bio-samsung dan bio-teknologi, termasuk preventif yaitu bio-security, bio-safety, bio- terrorism, biometric dan bio-bio lainnya.  Selanjutnya menurut Prof. Smith (MIT) bahwa pada tahun 2020 adalah sebagai awal abad biologi, dimana banyak muncul industry biofarma yang bersifat preventif serta hilangnya berbagai profesi mapan dan beberapa disiplin ilmu.  Untuk itulah ilmu ekonomi perlu berpikir dan menelurkan konsep dan rumusan yang akurat dan bersifat biologis yaitu berdimensi 2 – 3 dan dimulai dengan pemakaian model matematik quantum kompleks dan ilmu statistika dikembangkan menjadi ilmu dinamika (aero-dynamics dan water-turbulencies) untuk memecahkan berbagai problem ekonomi dan sosial dengan keterbukaan eknomi, social dan politik dari sistim globalisasi dan perdagangan bebas serta perkembangan teknologi industri, teknologi informasi-telekomunikasi dan manajemen bisnis yang makin kompleks, dinamis, penuh perubahan dan gejolak yang bersifat demokratis dan persaingan keras serta kadangkala dipenuhi dengan sifat serakah, egois, chaoistik dan intrik. Jadi perlu didukung oleh sistim komputerisasi yang berotak cerdas mengikuti “bio-artificial intelligent” dan “bio-hybrid” dan digabungkan dengan perkembangan ilmu nannoteknologi dan genetic-technology untuk mempersiapkan sebuah perhitungan yang lebih super kompleks dan cepat dengan tingkat memori sangat tinggi agar dapat memprediksi dan memecahkan, bahkan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah ekonomi, pangan, sosial, iklim dan lingkungan hidup dalam selang waktu 25 – 100 tahun mendatang.
         Tentunya diperlukan suatu kepakaran dan ketrampilan yang didukung oleh manusia yang berpikiran terbuka (open-minded) dan visioner serta mental spiritual, emosi positif dan tingkat intelektual yang modern dan berjiwa sosial dan demokratis. Sebenarnya sejak era 1980an, para mahasiswa ekonomi dan bisnis di USA telah disarankan untuk belajar ilmu biologi untuk diterapkan di bidang ekonomi dan bisnis tetapi ditolak dan justru mengembangkan berbagai simulasi teori ilmu matematis (membentuk devisi baru ilmu ekonomi matematika yaitu “ekonometrika” yang penuh kerumitan serta memanfaatkan ” acrobat financial engineering” yang justru menyesatkan mereka dan akhirnya tak mampu mengelak akan datangnya krisis finansil 2007 yang dibuat mereka sendiri. Layaknya ekonom finansil mendirikan bangunan raksasa dan tinggi pada tanah yang rapuh subprime mortgages golongan miskin atau terbelit sendiri di sebuah sarang laba-laba global dengan berbagai jaringan dan tingkatan derivatif lalu dilindungi oleh swap dan hedging yang justru berisiko tinggi,  dalam arti mereka tak mampu menelurkan teori ekonomi modern yang sesuai dengan perdagangan dan globalisasi yang sangat terbuka, cepat dan penuh dinamika dan akhirnya semua prestasi mereka selama puluhan tahun harus habis dan hancur dihantam tsunami finansil pada 2007 – 2008 dengan akibat kebangkrutan perbankan. korporasi dan resesi ekonomi mirip Great Depression 1930an. Ironi dari sebuah pendakian pertumbuhan ekonomi yang sia-sia yang sering menimbulkan efek “bubble dan over-heating economy”  dan akhirnya hanyalah menghabiskan waktu, tenaga, SDA dan uang selama puluhan tahun untuk kembali ke dasarnya yaitu pada kondisi ekonomi 1930an dengan berbagai kebangkrutan, bailout dan stimulus artifisial  yang sangat sulit menurunkan tingkat pengangguran, kemiskinan dan recovery ekonomi serta ancaman deflasi yang parah dan lama layaknya memasuki era musim dingin yang penuh badai salju dan membekukan sektor ekonomi - bisnis.
1.  Bioritmik  Ekonomi  (Ekonomi Makro)
           Kegiatan ekonomi adalah merupakan segala aktifitas dari sebuah komunitas ekonomi pada sebuah kabupaten, propinsi dan Negara yang dapat memberikan berbagai manfaat ekonomis berupa keuntungan, produksi dan saluran tata niaga untuk penyediaan barang dan jasa (termasuk finansil) bagi kebutuhan konsumsi dan pelayanan masyarakat yang ada di wilayah dan negaranya. Kegiatan ekonomi ini akan memberikan suatu dinamika pertumbuhan bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan bagi pelaku ekonomi (keuntungan), para karyawan dan buruh (gaji dan upah), serta bagi stakeholder yaitu negara (pajak) dan masyarakatnya (multiflier effect).  Kegiatan ekonomi akan memberikan suatu aspek pertumbuhan dengan suatu dinamika yaitu naik turunnya kondisi ekonomi dalam kegiatan produksi barang dan jasa, keluar masuknya arus investasi riil dan finansil, sektor moneter dan fiskal pemerintah dalam menjalankan kegiatan pemerintahan sesuai anggaran APBN, aktivitas ekspor impor dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Pertumbuhan ekonomi dalam bentuk dinamika ekonomi merupakan suatu Bioritmik Ekonomi suatu daerah, propinsi dan Negara yang berbentuk alunan dan fluktuasi ekonomi yang sering diberikan dalam bentuk berbagai “Indikator Ekonomi Makro” yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat SBI dan bunga kredit, nilai Rupiah, cadangan devisa, surplus-defisit perdagangan dalam Neraca Pembayaran Internasional dan anggaran pemerintah (Current Account), Jumlah Uang Beredar (Money Based Indicator), harga BBM dan komoditas sembako serta bahan baku konsumsi dan industri, dan lain-lain. Tetapi yang juga penting adalah Debt Service Ratio suatu negara dalam mengelola utang-utangnya agar dapat memberikan suatu leverage yang rational bagi kemajuan ekonomi sekaligus dapat membayar kembali cicilan utangnya (kasus Eropa 2009-2010 seperti Yunani, Spanyol dan Portugal).  Anehnya sebagian besar negara maupun perusahaan besar dunia akan selalu melindungi semua utangnya dengan cara hedging atau Credit Default Swap mirip reasuransi, tetapi dengan risiko tinggi dan biaya yang cukup mahal yang sering dijajakan oleh Investment Banking Global.  Padahal risiko itu sendiri pada dasarnya tidak dapat “terproteksi” secara aman dengan berbagai swap dan hedging dari gejolak ekonomi karena adanya siklus ekonomi oleh kekuatan alamiah.
        Dengan indikator ekonomi, para ekonom berusaha melakukan prediksi ekonomi bulanan, triwulan, kwartalan dan tahunan dalam bentuk risalah “Economic Outlook” untuk memberikan gambaran prospek ekonomi bagi pemerintah dan pengusaha dalam menentukan berbagai perencanaan strategis dalam kebijakan ekonomi pemerintah dan kebijakan bisnis perusahaan terhadap berbagai data ekonomi makro yang telah diprediksikan. Tetapi masalah utamanya adalah seringkali ekonom pemerintah dan pengamat ekonomi tidak dapat memberikan suatu prediksi yang tepat dengan berbagai perhitungan ekonometrika dalam bidang moneter dan fiskal, sehingga setiap triwulan hingga tahunan dengan berat hati harus merevisi berbagai prediksi ekonominya untuk disesuaikan (adjustment) dengan kondisi riil makro ekonominya.  Hal ini disebabkan oleh pemakaian berbagai rumus ekonometrika yang bersifat linier dan berdimensi 1 untuk memprediksi kegiatan ekonomi manusia yang berdimensi lebih kompleks (dimensi 1 – 3) serta dibantu ilmu statistika (statis/unmovable) untuk meramal berbagai dinamika (movable) dari berbagai matriks dan kombinasi kondisi fisik, mental, ekspektasi, prestasi, spirit,selera dan faktor psikologis lainnya dari sejumlah ratusan juta bahkan milyaran mahluk manusia konsumen dan produsen dalam sebuah Negara dan dunia.  Ilmu ekonomi hanya mengerti tentang bagaimana mendapatkan keuntungan dan bertumbuh naik setiap waktu sebagai prospek dan peluang ekonomi, sedangkan jika menurun adalah kerugian, ketidakpastian bahkan risiko yang perlu dan harus dihindari. Padahal naik turunnya kondisi dan pertumbuhan ekonomi adalah wujud alami dari kegiatan mahluk manusia seperti siang-malam, bangun-tidur, sehat-sakit, senang-sedih, sukses-gagal, termasuk untung-rugi.  Hal inilah yang membuat manusia ekonomi sering tidak memahami adanya pengaruh supernatural dan natural terhadap berbagai aktivitas ekonomi. Untuk itulah perlunya para ekonom dan pebisnis dapat lebih mengetahui alunan dan fluktuasi bioritmik (telah banyak dipakai oleh ilmu olahraga, kedokteran, psikologi) untuk menghindari siklus ekonomi yang menurun dengan cara antispasi bahkan preventif agar terhindar dari risiko kerugian, kegagalan  dan  kebangkrutan.  Metoda  bioeconomic  adalah  bersifat  preventif (pencegahan) dengan early warning system agar ekonomi dan bisnis dapat terhindar dari risiko kerugian, risiko pasar, risiko bunga kredit, risiko inflasi,  risiko gejolak nilai mata uang, risiko kenaikan harga BBM, harga bahan baku dan bahan penolong,  risiko gagal bayar, risiko persaingan, risiko perubahan selera dan kebutuhan konsumen dan berbagai risiko lainnya yang dapat membuat perusahaan berada dalam risiko kerugian, risiko tuntutan hak-hak buruh dan risiko kebangkrutan.

2.  Bioritmik  Bisnis  (Ekonomi Mikro)
          Bioritmik bisnis (ekonomi mikro) sebenarya adalah pembentuk makro ekonomi dari suatu negara layaknya milyaran sel-sel kecil yang membentuk sebuah tubuh manusia. Seringkali kita lebih mementingkan kondisi makro ekonomi, tanpa perlu memperkuat ekonomi mikro, padahal pandangan dan kebijakan ini sangat keliru, karena dari sel-sel mikro yang kuat dan sehat maka akan membentuk sebuah tubuh yang kuat dan sehat. Dengan demikian jika pertumbuhan sebagian besar sel-sel mikro mengalami suatu kendala, banyak hambatan, penyakit dan virus, maka juga akan mempengaruhi secara nyata vitalitas dan kondisi makro ekonominya. Ekonomi mikro terdiri dari berbagai kegiatan bisnis, seperti industri (besar, menengah, kecil) dan jasa-jasa perdagangan riil dan finansil (besar, menengah, kecil), hingga toko- toko ritel tradisional dan modern serta PKL. Sebuah industri akan terdiri dari entitas manufaktur yang didukung oleh berbagai perusahaan supplier bahan baku dan penolong, barang setengah jadi, barang komponen serta jaringan distribusi dan retail untuk memasarkan produk manufakturnya. Fluktuasi harga dari berbagai jenis komoditas bahan baku, penolong dan komponen ini akan menentukan tingkat harga cost of manufacturing serta cost of goods sold serta tingkat laba perusahaannya dan tingkat penetrasi ke pasar (pangsa pasar) yang akan menentukan pula tingkat fluktuasi keuntungan, peluang, pertumbuhan, persaingan dan risiko bisnisnya. 
          Seringkali ekonomi mikro diidentikkan dengan sektor riil yang bergerak lamban, bersifat fisik berupa bangunan luas dari pabrik, real estate, bangunan properti dan lahan pertanian (dalam arti luas) dengan hasil produk yang “tangible”. Sedangkan ekonomi makro diidentikkan dengan sektor finansil / perbankan yang bergerak cepat  yang sering menyebabkan kondisi “bubble economy dan overheating”, oleh ekspansi kredit ke sektor riil dan jasa, spekulasi berlebihan di pasar uang, saham, derivatif dan komoditas serta bersifat maya (virtual) dengan hasil produk jasa yang “intangible”. Pergerakan yang cepat dan raksasa di sektor finansil ternyata memang dapat membuat kondisi pasar finansil menanjak tinggi dengan raly-raly, dan akhirnya bergejolak (turbulences) untuk catastroph dan crash landing yang menimbulkan kepanikan bagaikan sebuah efek tsunami, gempa dan snow balling. Pelaku finansil bagaikan sebuah gerakan burung dan udara yang dapat bergerak cepat antar negara dan benua dalam kecepatan tinggi yang didukung oleh kecanggihan sistim komputerisasi dari teknologi informasi dan telekomunikasi yang mengglobal. Gerakan cepat dan raksasa inilah yang dapat menimbulkan efek badai (angin) atau tsunami (air) yang dapat merusak dan fatal. Sedang gerakan sektor riil, tentu akan sulit untuk segera memindahkan berbagai asset bangunan, mesin, manusia dan produknya dalam waktu singkat.
          Jadi terdapat berbagai faktor kompleksitas yang saling mempengaruhi (interinfluence) dan ketergantungan (interdependent) antara ekonomi makro dan ekonomi mikro yang harus disikapi secara bijak, tepat, prudent dan visioner.  Untuk itu para ekonom dan pebisnis seharusnya menyadari kondisi kompleks ini dengan memakai teori ilmu ekonomi dan bisnis yang kompleks dan berdimensi tinggi (2 – 4) agar dapat lebih mengetahui berbagai alunan kondisi ekonomi makro, mikro dan elemen pendukungnya berupa fluktuasi harga komoditas dan perubahan iklim. Kondisi yang dihadapi dunia saat ini layaknya saat krisis masuk ke musim gugur (daun-daun korporasi berguguran/bangkrut) dan sekarang memasuki musim dingin (winter). Apakah dengan berbagai kebijakan ekonomi dan moneter dengan suku bunga rendah, quantitative money easing, bailout dan stimulus dapat bekerja baik untuk pemulihan dan sehat kembali dengan memasuki musim semi (bunga-bunga bersemi dan tumbuh kembali) atau sessat saja dan segera masuk ke musim panas untuk menghadapi musim gugur dan musim dingin berikutnya yang berkepanjangan seperti yang telah dialami oleh Jepang sejak 1990 hingga saat ini. Memang dengan paket suku bunga rendah dan quantitative easing oleh Bank Sentral serta bailout dan stimulus oleh kebijakan fiskal keuangan cukup membuat efek agak hangat, tetapi apakah ini dapat berlanjut menjadi pemulihan yang kuat, sehat dan jangka panjang atau hanyalah bangun sesaat untuk jatuh kembali lebih ke bawah, seperti yang telah diprediksikan oleh pakar ekonomi USA, Prof. Nouriel Roubini bahwa ekonomi  Amerika akan mengalami  suatu  kondisi  “double dip recession”  oleh kebijakan ekonomi yang kurang tepat serta beban hutang yang makin menggunung yang dapat berakibat “default” (gagal bayar), risiko inflasi, risiko sistemik gagal bayar (default) negara-negara Eropa, seperti Yunani,  Portugal dan  Spanyol   serta risiko gejolak spekulatif di bursa komoditas minyak dan komoditas lainnya yang akhirnya harus direstrukturisasi dengan biaya makin mahal serta sektor manufaktur Amerika yang makin kalah di pasar domestik dan global dari produk-produk China dan negara-negara lainnya. Dan secara bio-ritmik memang seharusnya terjadi secara perlahan dan gradual untuk sebuah resesi yang berkepanjangan jika dapat dikelola secara benar, prudent dan professional untuk meredam resesi berat pada masa yang akan datang dengan cara preventif yang bersifat  “Zero Problem  and Zero Cost” agar pertumbuhan ekonomi memberikan Value Added yang tinggi.

No comments:

Post a Comment