Sunday 3 April 2011

Peluang, Risiko, Perubahan dan Ketidakpastian dalam Dinamika Ekonomi Bisnis

Oleh : Edmond F. La'lang (pemerhati ekonomi dan lingkungan hidup)

         Di dalam istilah pasar finansil terdapat sifat manusia dalam menghadapi risiko yang akan timbul dalam setiap aktifitas kehidupannya yaitu Risk Averse, orang yang selalu menghindari risiko dan Risk Taker, orang yang senang menghadapi risiko dan orang yang berhati-hati dalam menghadapi risiko. Di dalam dunia bisnis, setiap upaya mempunyai risiko (ancaman) dan peluang untuk berkembang dan maju yang tergantung kepada jumlah modal, jumlah kredit, mutu SDM, penguasaan teknologi produksi dan informasi, peluang dan pangsa pasar, strategi bisnis yang tepat, kondisi ekonomi dan regulasi negara tempat berbisnis, negara tujuan ekspor, tingkat persaingan, kemampuan CEO dan manajemen, penguasaan teknologi industri, teknologi informasi dan komunikasi dan banyak faktor lainnya, termasuk budaya, sosial dan lingkungan hidup (kondisi alam dan iklim). Faktor-faktor ini semestinya dimasukkan sebagai variable dari kreativitas dan semangat manusia yang akan selalu ingin maju melakukan terobosan, innovasi dan penciptaan produk baru, sehingga akan selalu terjadilah berbagai perubahan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam sektor konsumsi dan pencapaian prestasi manusia. Hal inilah yang menimbulkan mitos bahwa satu-satunya yang pasti adalah perubahan dan ketidakpastian itu sendiri. Sebenarnya perubahan itu dikendalikan oleh needs and wants individu dari Piramida Maslow untuk mencapai suatu  aktualisasi diri yang optimal dari individu, perusahaan, kelompok masyarakat, Negara dan aliansi Negara seperti AFTA, NAFTA, APEC, CAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa dan banyak lagi aliansi sesuai kepentingannya masing-masing untuk menjadi suatu kemajuan yang akan mewujudkan suatu dinamika peradaban manusia. Berbagai kebutuhan ini akan diterjemahkan oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan dan selera konsumennya yang bersifat "Product Driven". Dan juga ada produsen membuat sebuah produk masa depan untuk mengarahkan dan melebihi harapan dari needs and wants konsumen dengan berbagai kreatifitas, innovasi dan terobosan terhadap daya guna dan hasil guna produknya yang belum pernah diproduksi sebagai sebuah lompatan teknologi yang lebih berguna di masa depan dan dikenal sebagai "Product Driving" yang telah banyak dilakukan terutama di sektor industri elektronik dan teknologi informasi.

        Dengan demikian, setiap bentuk bisnis akan selalu memperhitungkan semua potensi diri sesuai analisa SWOT dalam sebuah criteria organisasi dari Boston Consulting Group dalam dunia penuh tantangan dan persaingan sehat dan fair, baik dengan Comparative maupun Competitive Advantage (Porter, 1992). Oleh makin berkembangnya dunia ini, baik dari kemajuan ekonomi-bisnis, innovasi teknologi, informasi dan komunikasi serta kemajuan manusia dari segi pendidikan, status sosial dan kesejahteraan, maka akan selalu tercipta peluang dan tantangan bisnis lokal, nasional, regional dan global untuk dimanfaatkan dengan melihat kondisi SWOT dan TOWS (Kertajaya dan Kottler, 2001) dari setiap entitas bisnis. Dengan makin banyak dan ragam dari bisnis ini di dunia akan memberikan suatu aktifitas ekonomi dalam organisasi yang makin besar, kompleks dan jaringan global. Semua ini akan melibatkan berbagai sumberdaya finansil, SDM, SDA, rekayasa teknologi dan asset fisik buatan manusia yang membentuk sebuah dunia yang terus berubah dan berkembang pesat secara dinamis. Inilah yang dikatakan sebagai Bio-Cycle atau Circle of Life (Siklus atau Lingkaran Kehidupan) dari kebudayaan manusia sebagai mahluk biologis, berotak cerdas, bermental psikologis dan berdimensi sosial dalam segala bentuknya untuk mencapai jati diri manusia seperti yang digambarkan dalam Piramida Maslow dengan cara bekerja keras, berkreasi dan innovative. Dari berbagai bentuk pertumbuhan dinamis menuju kesejahteraan (prosperity), tentunya secara hukum alam akan selalu mengalami suatu kenaikan, gejolak, turbulensi, pasang surut, alunan dan fluktuasi layaknya pergantian siang dan malam serta naik turunnya kondisi medan datar hingga bergunung. Hal ini akan mengikuti hukum alam dalam bentuk rotasi bumi dan pergerakan elips bumi ke matahari yang membentuk musim kemarau dan hujan di daerah tropis dan musim semi (spring), musim panas (summer), musim gugur (fall) dan musim dingin (winter) di subtropis dan kutub. Dan adanya gaya gravitasi bumi, pertumbuhan biologis dan lingkungan hidup yang akan menghasilkan suatu rangkaian siklus hidup manusia di dalam ruangnya menurut perjalanan waktu yang akan bergantung kepada kemampuan dari manusia untuk beradaptasi dan berkonsolidasi untuk bertumbuh pesat (tubuh dan organisasinya). Bio-cycle ini berbentuk kebangkitan (improvement and recovery) hingga ke puncak (peak) yang akan mengalami suatu penguatan diri (self reinforcing) yang akan selalu mengikuti hukum kenaikan yang makin berkurang (The Law of Deminishing Return) untuk menurun kembali (recession).  Pada fase penurunan inilah yang sering dikatakan sebagai suatu risiko yang menimbulkan banyak kerugian, kegagalan, kebangkrutan dan berbagai korban materi lainnya.  Seringkali pada puncaknya (peak) manusia akan berupaya semaksimal mungkin untuk naik terus yang cenderung melawan hukum alam dengan melakukan berbagai cara, termasuk menghabiskan dan merusak sumber daya alam, akan tetapi hukum alam tetap unggul dan akan berakibat fatal berupa suatu kondisi kejatuhan (catastroph).  Jika manusia bersaha untuk tumbuh makin tinggi, maka makin besar juga hukum alam gravitasi akan membuatnya jatuh bebas (free fall) yang memakan banyak korban harta, asset dan jiwa dalam bentuk krisis ekonomi, bencana alam, penyakit, kemiskinan dan bencana sosial dan politik. Jadi manusia janganlah selalu berusaha melawan hukum alam dengan bertindak semena-mena terhadap alam, mengeruk habis sumberdaya alam non renewable dan renewable resources, keserakahan di bidang finansil dan perbankan serta penindasan dan exploitasi terhadap sesamanya manusia. Hal ini akan membentuk sebuah krisis besar, seperti yang dunia alami pada krisis ekonomi subprime mortgages di USA dengan akibat yang bersifat snowballing ke seluruh dunia dan berdampak sistemik di negara-negara maju yang membeli subprime mortgages beserta derivatifnya serta credit default swap dalam berbagai tingkatan.

           Kondisi siklus, termasuk di bidang ekonomi dan bisnis yang akan membentuk suatu ketidakpastian (uncertainty) akibat dari perubahan budaya manusia dalam interaksinya dengan alam dan sesamanya manusia untuk  bertumbuh  dan  maju  di bidang ekonomi-bisnis, politik, sosial, budaya, lingkungan hidup di berbagai negara. Dari sini manusia dengan segala kemampuannya melakukan  introspeksi berupa Learning by Doing dengan Learning Curvenya untuk melakukan perbaikan – perbaikan (improvement), padahal sebenarnya yang juga perlu dilakukan adalah Learning by Time dengan Time Curve (Timing and Momentum) dalam arti belajar dari sejarah, kekinian dan waktu yang akan datang (visi, intuisi, indera VI, prediksi). Hal inilah yang sering dikeluhkan pebisnis dan ekonom, khususnya bahwa ada ketidakpastian dari fluktuasi nilai mata uang maupun kondisi bisnis secara umum untuk menentukan strategi target pertumbuhan, persaingan, pangsa pasar, potensi laba dan rugi, pembiayaan, fluktuasi tingkat harga bahan baku dan penolongnya.  
          
            Sebenarnya jika ditinjau dari aspek biologis berdimensi ke 3, semua kondisi siklus akibat perubahan tersebut dapat diantisipasi dan diramalkan alunannya dengan tepat, layaknya kita melakukan surfing (berselancar di pantai) atau hiking (naik ke perbukitan) dengan baik dan bukannya naik roller coaster tanpa mampu berbuat sesuatu untuk menghindari kondisi gejolak (turbulencies). Itulah siklus alami sebagai hasil kinerja manusia yang dipengaruhi oleh hukum Tuhan (supernatural), hukum alam (biologis, biokimia dan biofisika) dan gaya gravitasi (fisika).  Sistim biologis dapat mengetahui dengan pergerakan ruang dan waktu secara akurat (memakai rumusan perhitungan berdimensi 2 – 3) dari kinerja siklus tersebut, kapan akan naik, kapan ada di puncak dan kapan harus turun kembali secara alamiah dan berirama (Bio-Ritmik).  Jadi kita tidak perlu melawan hukum alam itu sendri, tetapi sebaiknya kita nikmati saja warisan alam ini secara bijaksana sebagai karunia Tuhan Pencipta atau menurut kata Gde Prama, sebaiknya manusia bagaikan sebuah sungai yang mengalir dari hulu sampai ke hilir dan bermuara ke laut dengan damai tanpa harus menggerutu dan membandel. Jadi ketidakpastian (risiko) itu sendiri adalah karena manusia tidak mau melihat dunia dan alam ini secara lebih baik dan benar, karena sifat manusia yang ambisius, tak terkontrol dan keserakahan untuk terus naik menjadi lebih kaya, hebat dan popular, tetapi apalah daya kemampuan manusia hanya terbatas (bagai pungguk merindukan bulan, apa daya tangan tak sampai), maka hukum alam gravitasi akan mendorongnya kea rah bawah. Makin kuat self reinforcing, maka makin kuat dan keras daya jatuhnya.  Untuk  itulah manusia perlu mempelajari dan mengadopsi berbagai hukum alam dari sistim biologis, biokimia dan biofisika terhadap Carrying Capacity (Daya Tampung Alam), The Law of Deminishing Return, dan berbagai hukum alam lainnya, disamping hukum dan aturan main (regulasi) yang dibuat oleh manusia (negara dan organisasi) untuk dipatuhi oleh manusia sebagai pelaku ekonomi, bisnis, sosial dan politik.

        Carrying Capacity merupakan suatu kendala daya dukung dan daya tampung terhadap berbagai kegiatan alam (natural bio-cycle) dan manusia (ekonomi, bisnis, sosial dan politik) yang saling berinteraksi yang akhirnya akan menghasilkan kondisi kejenuhan (saturated) di lingkungan alam, termasuk di kegiatan ekonomi-bisnis. Carrying capacity akan selalu menimbulkan kondisi bottleneck dan crowded yang mendorong manusia untuk melakukan suatu penguatan diri (self reinforcing). Manusia hanya melihat dan melakukan visi dari sisi dirinya sendiri yang bersifat layaknya si pungguk, katak dalam tempurung, berpikir sempit dan egois, sehingga tak mampu dan mengerti akan kekuasaan alam semesta raya (supernatural) dan alam dunia (natural)  yang akan membentuk alunan, fluktuasi dan gejolak sebagai wujud dari bio-ritmik manusia. Bio-ritmik ini akan membentuk dan mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis manusia dalam bertumbuh, berprestasi, bersaing, berinovasi. Kekuasaan dan kekuatan supernatural dan naturallah sebagai hirakhi dalam jajaran kekuasaan duniawi ini yang akan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia di dunia, dimana kita hanyalah menjalanilah secara benar sesuai ajaran kebenaran Tuhan menurut agamanya masing-masing. Tuhan telah menciptakan dunia ini beserta sistim alam untuk dipahami dan dipatuhi. Manusia hendaknya tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi dari sistim buatannya sendiri dalam bentuk kemajuan ekonomi, kehebatan teknologi industri dan kekuatan senjatanya yang suatu saat akan jatuh dan malahan akan runtuh oleh kekuasaan supernatural dan natural.  Dunia manusia adalah bawahan saja dalam kekuatan dan kekuasaan manusiawi dalam bentuk organisasi-organisasi negara, agama, bisnis, sosial, dan politik untuk dijalankan secara bijak, adil dan merata. Jadi menurut hukum biologis bahwa alunan dan fluktuasi adalah justru suatu Kepastian (Certainty)” dalam pengertian pasti ada saat naik dan pasti ada saat turun untuk dinikmati dan diantispasi dalam bentuk pencegahan atau tidak melanggar aturan alam serta memperbaiki sesuai analisa SWOT dan TOWS dari kondisi ekonomi – bisnis (external) dan kondisi perusahaannya sendiri (internal) dan selalu mengikuti alunan bioritmik alamiah, sehingga akan selalu terhindar dari krisis dan bencana (preventive ways) dan bukan lagi problem solving setelah terjadi krisis dan bencana yang pasti telah menimbulkan dampak risiko dengan kerugian yang sangat besar.
http://bioekonomi-lingkungan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment