Sunday 3 April 2011

*Sosialisme Modern dalam sbuah Masyarakat Modern*

*SOSIALISME  MODERN  DALAM  SEBUAH  MASYARAKAT  MODERN*
Oleh : Edmond F. La'lang (pemerhati ekonomi dan lingkungan hidup)

          Paham ini berdasarkan ideologi sosialisme  yang  berlandaskan semangat  rasa kebangsaan dan kebersamaan. Sistim sosialisme ini lebih menyandarkan diri pada keadilan sosial yang dapat dicapai oleh seseorang secara demoktaris (mirip dengan sosialisme demokrat yang dikembangkan oleh Bung Syahrir yang mungkin agak berhaluan kiri dan mirip dengan yang dikembangkan di negara-negara Eropa Timur sebelum tumbangnya Uni Soviet). Pengelolaan ekonomi, sosial dan politik lebih banyak dikembangkan, dibina, diawasi dan diarahkan oleh negara dimana setiap orang tidak berhak untuk menikmati kesejahteraan secara bebas, tetapi diatur dalam sebuah mekanisme kepartaian. Ternyata yang menikmati fasilitas negara, umumnya adalah anggota Partai berkuasa (Komunis, tak boleh ada partai lain dan tak demokratis) serta pejabat birokrasi dan militer negara dari pusat hingga ke daerah.
        Sosialisme modern adalah sebuah ideologi yang bertujuan untuk membina, mengembangkan dan mensejahterahkan masyarakatnya secara demokratis. Setiap orang mempunyai hak untuk menikmati kesejahteraannya secara adil (bukan merata atau pinter goblok mendapatkan perlakuan, penghargaan dan pendapatan yang sama) sesuai kontribusi dan prestasinya di segala bidang kehidupan. Masyarakat sosialis ini akan membentuk suatu kehidupan ekonomi yang saling menunjang dan mengisi tanpa harus memakan dan mematikan pesaingnya secara idak adil, karena keunggulan modal, teknologi, manajemen dan keterampilannya. Untuk itu, sistim ini akan mendorong pihak swasta untuk berperan dalam bidang ekonomi, politik dan sosial sedang negara hanya sebagai fasilitator, regulator, pembina dan pensupport terhadap segala aktivitas warganya. Setiap pengusaha harus dapat membina bawahan, orang lain (pengusaha golongan UKM) dan rakyat miskin untuk diberdayakan. Misalnya saya seorang pengusaha sukses akan membina sejumlah orang kecil yang kurang mampu dalam permodalan, pendidikan, keterampilan bisnis dan keahlian teknologi dengan memberikan modal, membina dan mengembangkan suatu bisnis sesuai kemampuan dan entitas bisnisnya (industri kecil, jasa dan perdagangan) agar dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin, tapi bukan maksimalisasi profit seperti dalam mindset ekonomi kapitalistik yang tentu akan selalu berjuang keras untuk mendapatkan keuntungan besar dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Ekonomi kapitalistik bersifat survival of fittest (siapa yang kuat dia yang menang) dan agent of development (kerjanya membangun bisnis secara massif dan ekspansif ke seluruh dunia dalam bentuk perusahaan Multinasional dengan mengakuisisi berbagai entitas bisnis di seluruh dunia dengan membentuk Global Corporation yang menggurita dan sering justru mematikan pengusaha kecil di negara ekspansinya. Sedang sistim ekonomi sosialisme modern adalah bersifat ramah lingkungan, profit yang optimal untuk tidak membunuh pesaingnya, struggle for life (perjuangan hidup di sebuah hutan lebat dimana semua species tumbuhan dan hewan dapat hidup dengan damai, sejuk dan harmonis untuk membentuk suatu jaringan energi atau bio-trophic level yang lestari dan subur / kaya tanpa harus merusak tatanan ekosistim lingkungan alam dan sosialnya). Pengelolaan kebijakan ekonomi semestinya bersifat "economic manageable" yaitu semua entitas bisnis harus memahami suatu konsep hidup berdampingan secara damai tanpa harus berebutan bagaikan hewan buas yang banyak terjadi di sebuah wilayah gurun yang panas, gersang, miskin unsur hara dan tanaman untuk membentuk sebuah hutan yang damai, sejuk dan sejahtera. Sistim ini akan membuat para entitas bisnis akan tahu diri dan mau menahan diri untuk ekspansi, tidak kanibalisme, tidak ber KKN (sogok dan upeti) untuk menang secara tidak adil , tidak bermental instant dan pemungut rente yang menghisap peluang orang lain.  Juga dapat mengetahui kapan terjadinya sebuah pertumbuhan ekonomi yang memanas (overheating) dan berbusa (bubble)  dengan mengerem kegiatan bisnisnya dan segera melakukan take a rest untuk konsolidasi tanpa harus melakukan perang harga, perang strategi, perang bajak membajak CEO dan karyawannya. Dengan demikian akan terjadi suatu dinamika ekonomi yang damai, sejuk dan harmonis yang saling mengasihi, saling mendukung, saling menghormati dan menghargai.
          Selanjutnya jika pengusaha kecil tadi telah sukses (up liner), maka dia akan merekrut orang lain untuk dibina sekitar 3 – 5 orang (down liner) seterusnya, jadi mirip dengan model pemasaran Multi Level Marketing (MLM) tapi tanpa harus mendapatkan suatu fee atas jasanya merekrut orang lain, dan kalaupun ada hanya boleh mendapatkan fee sekitar 2 – 5 % dari keuntungan bersihnya tanpa harus mengembalikan modal bantuan/keditnya. Dengan demikian, sang up liner tentunya tak perlu mengharapkan suatu payback atas modal dan pembinaan yang telah dilakukannya (berjiwa sosial dan dermawan), seperti juga saya tak mengharapkan fee dari up liner yang telah saya rekrut sebelumnya. Demikian seterusnya, sehingga akan membentuk sebuah jaringan yang besar, luas dan sejahtera. Saya dan up liner tentu berusaha agar down liner dapat sukses dalam bisnisnya. Pemilihan down liner tanpa KKN, pilih bulu ras, agama, kesukuan dan golongan, tapi menilainya dari sikap mental baik dan tangguh, berjiwa  sosial , mempunyai kapabilitas dan keterampilan bisnis, visioner dan tidak egois dan serakah untuk menjadi kaya raya dengan berbagai cara KKN.   Sistim ini bersifat mirip aliran air dalam sebuah sistim DAS (Daerah Aliran Sungai) dari hulu (up liner) menuju ke hilir (down liner) dalam jaringan sabuk (belt) luas yang membentuk sebuah komunitas masyarakat yang sejahtera, bersistim sosialisme modern (mirip Sosialis Skandinavia) serta berjiwa religius atau mirip dengan sistim lautan yaitu Blue Ocean Strategy  dimana tanpa perlu ada laut berwarna merah berdarah akibat persaingan keras dan juga tidak membentuk suatu kondisi laut yang bersifat  "Tropical Thermocline Layer" dalam arti adanya suatu lapisan suhu panas yang menghambat naiknya bahan kaya nutrient dari bawah untuk membuat sebuah perairan menajdi lebih kaya, ini mirip dengan kondisi ekonomi global dan nasional yaitu kelompok negara / perorangan kaya makin kaya dengan korporasi globalnya dan kelompok negara/perorangan miskin yang makin miskin. Juga globalisasi tidaklah harus dilihat dari persepsi negatif, karena Tuhan telah menciptakan dunia ini secara global dan saling berhubungan dengan harmonis melalui migrasi penduduk selama berabad-abad yang lalu, migrasi ikan pelagis dari kutub menuju subtropis dan subtropis ke katulistiwa, terbangnya migrasi burung subtropis benua dalam pergatian musim, migrasinya ikan laut dingin dari saat matang telur (maturity) menuju ke laut sedang untuk memijah (spawning) dan anak-anaknya akan berjuang dalam pembesaran dalam perjalanan panjang menuju laut dingin untuk menjadi dewasa kembali dalam perjalanan ribuan kilometer sebagai salah satu aspek bio-life cyclenya. Jika hewan burung, ikan, spora tanaman, pergerakan angin dan air, saja dapat berglobalisasi secara alamiah, maka anehlah jika manusia yang telah diberi otak cerdas dan nurani yang hebat malah takut berglobalisasi dan senang menjadi "jago kandang" serta tak mau bermigrasi apalagi berbisnis ke seluruh dunia asal dengan cara baik dan bersih. Bahkan menurut saya, manusia tidak lagi harus berglobalisasi, tapi sudah harus bergalaxisasi dengan sistim “Galaxinet” dan bukan lagi berinternet dengan memakai otak yang tentu lebih canggih dan cerdas dari sekedar sebuah komputer dan robot biasa. Hal in tentu telah dilakukan oleh negara-negara maju untuk menjelajahi ruang angkasa Bima Sakti dan Alam Semesta Raya (Galaxi) untuk mengetahui rahasia alam semesta raya ciptaan Tuhan. Sebenarnya manusia justru belum canggih dalam mengetahui rahasia alam bumi, tapi justru malah merusak lingkungan hidup kita dengan mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan tanpa rasa tanggung jawab terhadap kelestarian bumi ini dengan menimbulkan Global Warming, naiknya permukaan air bumi, bencana banjir, makin bergolaknya bawah bumi dalam bentuk gempa bumi dan gunung meletus, badai angin, badai suhu panas dan suhu dingin, wabah penyakit aids, flu burung dan flu babi, dan lain-lain. So, "don’t kill the world" (song by Boney M) and "heal the world" (song by Michael Jackson). Dan inilah esensi dari sebagian metoda Bio-Economic yang kami kembangkan sejak 1993-1994. Jika telah terbentuk berbagai sistim Daerah Aliran Sungai yang wilayahnya didukung oleh sebuah "Hutan Lebat yang Lestari" yang membentuk sebuah hunian lingkungan ekosistim yang sejuk, damai, harmonis dan subur, maka mereka akan membentuk suatu masyarakat modern yang sejahtera dan berkeadilan yang ramah lingkungan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Pancasila dan kalau di negara lainnya sesuai dengan azas negara mereka sendiri. Inilah sebuah ide konsep untuk membentuk suatu "TATANAN DUNIA BARU" (New World Order) yang agak mirip dengan ide George Soros untuk membentuk sistim Open Society di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Tetapi agak berbeda dengan model dari Presiden Obama untuk membentuk tatanan dunia baru terutama di bidang politik dan ekonomi yang diatur dan dikendalikan oleh negara yang justru mengarah ke sistim sosialisme kiri Eropa Timur, seperti kasus Bail Out ,  Cash for Clunkers, Stimulus dan UU Health Care serta sistim perpajakan yang baru, dan ternyata banyak menuai kritik keras dari sebagian masyarakat Amerika Serikat sendiri dan dunia.

No comments:

Post a Comment